Saham Anjlok 64% Sejak IPO, Emiten TP Rachmat Ini Masih Mahal

Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

  • Saham ASLC sudah anjlok 64% dari harga penawaran perdana (IPO) pada Januari 2022
  • Kinerja keuangan masih belum memuaskan, valuasi saham ASLC juga mahal
  • ASLC perlu memanfaatkan peluang jual-beli mobil online ke depan

Penurunan tajam hingga 64% sejak listing di bursa pada Januari tahun lalu tidak lantas membuat valuasi saham PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) menjadi murah. Apalagi, bottom line emiten jual beli mobil online tersebut tertekan sepanjang 2022.

Melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan harga penawaran perdana (IPO) Rp256/saham pada 25 Januari 2022, harga saham ASLC kini diperdagangkan di harga Rp92/saham. Ini setara dengan penurunan 64,06%.

Tekanan jual yang terus berlangsung semenjak manggung di bursa membuat saham ASLC berada di bawah level Rp100/saham sekarang.

Setahun di bursa, kinerja keuangan perusahaan sendiri belum begitu mentereng.

Penjualan bersih memang tercatat tumbuh pesat sebesar 170,28% secara tahunan (yoy) menjadi Rp479,88 miliar pada 2022, dari tahun sebelumnya Rp177,55 miliar.
Rinciannya, pendapatan penjualan kendaraan bekas mencapai Rp339,39 miliar pada 2022, dari hanya Rp992,08 juta pada tahun sebelumnya.

Sisanya, pendapatan lelang Rp71,51 miliar dan pendapatan administrasi lelang Rp66,98 miliar selama tahun lalu.

Menurut penjelasan perseroan, kenaikan signifikan tersebut dicapai melalui ekspansi agresif ASLC sepanjang 2022, dengan membuka showroom dan touch point di berbagai kota di seluruh Indonesia.

Namun, beban pokok penjualan juga membengkak hingga 1.142,03% yoy menjadi Rp347,44 miliar per akhir tahun lalu.

Alhasil, laba kotor ASLC turun 11,46% yoy menjadi Rp132,44 miliar selama 12 bulan di 2022.

Sementara, seiring beban umum dan administrasi yang juga membengkak, ASLC malah membukukan rugi operasi Rp3,17 miliar pada 2022, dibandingkan laba operasi Rp37,94 miliar pada 2021.

Adapun, dibantu terutama oleh melonjaknya pendapatan keuangan menjadi Rp13,42 miliar pada 2022 (vs Rp4,28 miliar pada 2021) membuat laba tahun berjalan ASLC mencapai Rp3,28 miliar. Walaupun, angka tersebut lebih rendah dibandingkan 2021 Rp24,18 miliar.

Lebih lanjut, apabila menggunakan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk, ASLC hanya memperoleh Rp476,87 juta sepanjang 2022, jauh lebih kecil dari 2021 yang sebesar Rp10,45 miliar.

Berbicara soal laporan arus kas, kas operasional ASLC minus Rp45,88 miliar pada 2022 lantaran membengkaknya pembayaran kas kepada pemasok yang mencapai Rp390,03 miliar (vs Rp43,14 miliar pada 2021).

Untungnya, ASLC sukses meraup dana hasil IPO (sebelum dikurangi biaya emisi Rp14,25 miliar) sebesar Rp652,6 miliar sehingga posisi kas dan setara kas ASLC jauh lebih aman selama 2022.

Kas dan setara kas perusahaan mencapai Rp395,61 miliar per 31 Desember 2022, jauh lebih besar dibandingkan posisi 31 Desember 2021 yang hanya Rp87,93 miliar.
Kalau dibandingkan dengan sejumlah emiten lain di bursa, seperti Blue Bird (BIRD) yang memiliki lini bisnis lelang mobil, pembiayaan dan rental mobil Grup MPM (MPMX) serta penjual mobil Bintacro Dharma (CARS), sejumlah rasio profitabilitas ASLC kurang unggul.

Secara marjin laba kotor (GPM) yang sebesar 27,60%, mungkin terbilang positif, mendekati BIRD. Namun, marjin laba operasi (OPM) yang minus dan marjin laba bersih (NPM) sangat kecil dibandingkan peers.

OPM BIRD mencapai 11,70%, sedangkan MPMX 2,44%, dan CARS 3,21%. Sementara, NPM BIRD 9,98% dan MPMX sebesar 5,19%.

Rasio pengembalian ekuitas (ROE) dan pengembalian aset (ROE) ASLC juga sangat kecil dibandingkan BIRD hingga CARS.

Valuasi Mahal

Seiring laba bersih yang mini, valuasi saham ASLC juga sangat mahal (overvalued). Metrik populer seperti price-to earnings ratio (PER) ASLC bahkan mencapai 2.459,24 kali. Angka yang sangat besar dan sangat jauh dari rerata industri yang Cuma sebesar 11,93 kali.

Untungnya, kalau dilihat dari metrik price-to book value (PBV) yang sebesar 1,74 kali, ASLC tidak begitu jauh dengan rerata PBV industri (1,64 kali).

Sementara, apabila menggabungkan dua multiples di atas dengan proyeksi arus kas ke depan ASLC, nilai wajar (fair value) perusahaan berada di bawah gocap alias Rp50/saham (batas umum saham di BEI, kecuali papan akselerasi), tepatnya Rp43/saham.
Ini berarti ada potensi downside sebesar -53,47% dari harga saat ini.

Bisnis ASLC

ASLC, bagian dari ASSA Group (ASSA) milik taipan TP Rachmat, memiliki bidang usaha otomotif mulai dari lelang mobil dan motor, jual beli mobil online, dan penyedia data harga mobil dan motor.

Autopedia menjalankan usaha melalui Entitas Anak, yaitu PT JBA Indonesia (JBA), yang saat ini merupakan salah satu nama terbesar dalam bisnis lelang kendaraan di Indonesia.

JBAI melayani lebih dari 100,000 pelanggan, dan menjaga market share sebesar 40% secara konsisten.

JBA melelang mobil, motor, kendaraan niaga, hingga alat berat melalui sistem lelang floor/offline di cabang atau dapat diakses melalui aplikasi dan website JBA.
Pelanggan JBA terdiri lebih dari 30 pelanggan korporasi dan ratusan dealer kendaraan bekas sebagai penitip kendaraan lelang, serta ribuan peserta atau pembeli kendaraan lelang.

Saat ini, jaringan lelang JBA sudah tersebar di lebih dari 15 kota di Indonesia.

Di samping itu, Autopedia telah meluncurkan brand Caroline, sebuah platform untuk jual beli mobil online dan offline (O2O) yang melayani pelanggan ritel.
Autopedia juga menciptakan CARTALOG, yang diklaim satu-satunya situs penyedia informasi harga kendaraan satu-satunya di Indonesia. Menurut penjelasan Autopedia, situs ini dibekali dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang memberikan informasi secara terpercaya.

Prospek ke Depan

Pasar kendaraan bekas merupakan segmen yang sangat luas. Menurut survei pemain pasar, penjualan kendaraan roda dua maupun roda empat bekas adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan kendaraan baru.

Mengutip catatan di prospektus IPO ASLC tahun lalu, kendati belum ada hasil survei resmi akibat sulitnya data aktual kendaraan bekas, berbagai pihak termasuk perusahaan jasa pembiayaan, perusahaan lelang maupun diler kendaraan bekas, sering kali memperkirakan pasar kendaraan bekas bisa mencapai lebih dari dua kali lipat penjualan kendaraan baru.

Secara umum, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif ke depan dan bertumbuhnya kelas menengah, potensi dan prospek industri kendaraan bekas juga bisa cerah.

Kompetitor terdekat Autopedia, Moladin dan OLX Auto sendiri sedang dalam kondisi tertekan. OLX Auto, misalnya, akan memangkas skala bisnis dan sedang mencari investor yang mau membeli perusahaan.

Hal tersebut bisa menjadi opportunity Autopedia, yang terus berekspansi saat ini, untuk merengkuh pangsa pasar lebih besar dan memperkuat bran perusahaan, terutama Caroline.

Untuk investor yang menyukai ASLC, menunggu ekspansi perusahaan berbuah manis dan memperbaiki bottom line perusahaan, bisa menjadi pilihan baik. Namun, apabila terlalu lama, memilih saham lainnya juga merupakan pilihan yang rasional.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*