Was-was Naik! BI Ikut Cek Langsung Harga Beras & Cabai
Bank Indonesia mewanti-wanti fenomena El Nino atau cuaca panas ekstrem dan kekeringan berkepanjangan masih akan berpotensi mendorong kenaikan harga-harga pangan hingga 2024. Perlu langkah ekstra untuk menjaga stabilitas harga hingga tahun depan.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Doni Primanto Joewono mengatakan, fenomena itu tentu akan mengganggu produksi pangan di dalam negeri, khususnya beras. Akibatnya inflasi harga pangan bergejolak https://sportifkas138.site/ atau volatile food masih berpotensi tinggi hingga 2024.
“Kita mencermati 2023 2024 masih jadi perhatian. Masih ada bias ke atas pada 2024. Tentunya ini kan masalah produksi,” kata Doni saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (21/12/2023).
Untuk mengantisipasi permasalahan itu, Doni mengatakan, BI bersama pemerintah telah terlibat aktif dalam Gerakan Nasional (Gernas) Penanganan Dampak El Nino untuk mempercepat proses penanaman yang ditargetkan sebanyak 569.374 hektare di 10 provinsi sentra produksi.
“Di 9 Desember realisasinya sudah 96%, sampai 566 ribu hektare. Hasilnya pun tekanan produksi 2023 memang dibanding 2022 turun. Oleh karena itu memang saya rasa kita cukup optimistis,” tegas Doni.
Ia mengatakan, dari sisi cadangan beras pemerintah atau CBP juga sebetulnya masih relatif aman yakni mencapai 1,32 juta ton. Fungsi CBP biasanya untuk intervensi pasokan, termasuk dalam bentuk pemberian bantuan sosial kepada masyarakat yang membutuhkan.
“Oleh karena itu kami di BI, GNPIP terus mendorong memastikan CBP beras cukup dan kerja sama antar daerah dan BI mendorong replikasi lahan padi panen lebih banyak, termasuk nantinya mengamati hortikultura lain dan komoditas lain,” tutur Doni.
Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman menambahkan, tekanan El Nino itu sebetulnya moderat terhadap inflasi harga pangan bergejolak, namun menjadi memburuk karena kemunculan fenomenanya berkepanjangan. Inflasi Volatile Food per November pun telah tembus 7,59% jauh di atas inflasi umum 2,86%.
Kendati begitu, Aida menekankan, ke depan sebetulnya tekanan inflasi pangan akan bisa diantisipasi, khususnya terkait beras. Sebab, pasokan beras sudah mulai terpenuhi dari impor dan masa tanam komoditas lain seperti beras juga sudah mulai memasuki masa panen tahun depan.
“7,59% ini akibat adanya penundaan musim tanam khususnya cabai dan beras. Beras saat ini pemerintah sudah mengadakan impor 3 juta dan banyak masuk sekitar 2,5 jutaan sudah terjaga,” ucap Aida.
“Lalu sekarang cabai-cabaian ini baru nanti panen sekitar Januari sampai Mei dan harganya akan mengalami penurunan. Tapi paling penting volatile food meskipun gangguan tapi inflasi masih dalam sesuai target pada tahun depan 2,5 plus minus satu persen,” tegasnya.